Berikut beberapa foto dari Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, ikon keindahan dan spiritualitas di Kota Padang, Sumatera Barat.
Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi – Mahligai Agung Sumbar
Arsitektur & Lokasi
-
Dibangun dari 2007 dan rampung sekitar 2012, diinisiasi oleh Gubernur Gamawan Fauzi dan dilanjutkan di era Irwan Prayitno
-
Desain masjid unik dan modern—tanpa kubah, tapi memiliki arsitektur merujuk ke motif adat Minangkabau, seperti atap gonjong Rumah Gadang. Atapnya terinspirasi bentangan kain untuk mengusung Hajar Aswad, sedangkan interiornya dirancang terbuka tanpa tiang penyangga
Kapasitas & Fasilitas
-
Memiliki tiga lantai dan disebut sebagai masjid seribu pintu angin, mampu menampung hingga 6.000 jamaah
-
Struktur konstruksinya tahan gempa, dirancang modern namun tetap mempertahankan estetika islami & budaya lokal
-
Mihrab masjid menyerupai bentuk batu Hajar Aswad, dihias dengan ukiran Asmaul Husna berwarna emas
Sejarah Penamaan
-
Peresmian nama dihadiri Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, mantan gubernur, tokoh masyarakat, serta keturunan Syekh Ahmad Khatib—sebanyak 58 orang hadir dalam acara tersebut
-
Tujuan pemberian nama ini adalah penghormatan terhadap jasa Syekh Ahmad Khatib—ulama besar asal Minangkabau yang pernah menjadi Imam Masjidil Haram dan guru pendiri-pendiri Muhammadiyah serta NU
-
Gubernur menegaskan bahwa niat pemberian nama ini dilandasi penghargaan, bukan semata motif investasi, sekaligus sebagai inspirasi bagi generasi muda Sumbar
Ringkasan
Aspek | Keterangan |
---|---|
Lokasi | Jl. Khatib Sulaiman, Kota Padang, Sumbar |
Arsitektur | Tanpa kubah, inspirasi kain & Rumah Gadang; tanpa tiang penyangga |
Kapasitas | 6.000 jamaah, tiga lantai |
Nama Resmi | Disematkan 7 Juli 2024 sebagai penghormatan kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi |
Nilai Sejarah | Mengabadikan sosok ulama besar, pemuka Islam dan tokoh pendidikan |
Fungsi & Harapan | Masjid ibadah, pusat pembelajaran adat & agama, serta simbol kebanggaan Sumbar |
Kenapa masjid ini menarik?
Karena memadukan arsitektur modern dan budaya Minangkabau—tanpa kubah, berkonsep terbuka, dan memiliki makna sejarah mendalam. Nama dan desainnya tidak hanya simbol religi, tapi juga cerminan identitas lokal nan progresif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar