Desa Sade (Sade Village) adalah desa budaya unik di Lombok Tengah, yang menjadi pusat pelestarian tradisi Suku Sasak selama puluhan generasi. Berikut segala yang perlu kamu tahu tentang tempat ini:
๐งญ Lokasi & Akses
-
Berada di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, hanya sekitar 10–25 menit dari Bandara Internasional Lombok, dan sekitar 45 menit–1 jam dari Kota Mataram
-
Desa ini terlihat dari jalan raya utama, sehingga mudah diakses dengan mobil atau motor sewaan. Tidak tersedia transportasi umum langsung
๐ Kehidupan & Arsitektur Tradisional
-
Penduduk sekitar 700 orang, semuanya dari satu keturunan keluarga Suku Sasak, tinggal di sekitar 150 rumah tradisional (bale tani, bale bonter, lumbung)
-
Rumah-rumah dibangun dari bahan alami: bambu, kayu, dinding anyaman bambu, atap alang-alang, dan lantai dari campuran tanah liat & kotoran sapi sebagai insektisida alami dan pembersih sekaligus memperkuat permukaan lantai
-
Semua struktur rumah dibangun tanpa paku dan dirancang tahan gempa—bukti adaptasi lingkungan dan kearifan leluhur
๐งต Budaya & Tradisi Menenun
-
Seni menenun (tenun ikat dan songket) menjadi bagian penting dari kehidupan wanita Sasak. Mereka harus mahir tenun sebelum menikah. Craft ini juga menjadi sumber pendapatan wisata — textile dijual mulai Rp 50.000 hingga Rp 400.000 per item
-
Pengunjung diperkenankan belajar menenun langsung dan membeli produk lokal dari pengrajin setempat
๐ญ Ritual & Pertunjukan Budaya
-
Desa ini masih aktif menjalankan tradisi Sasak seperti:
-
Kawin lari (Merarik): tradisi elopement yang dilakukan sebelum prosesi pernikahan resmi, sering diiringi prosesi musik gendang dan parade keluarga pengantin
-
Peresean (adu ketangkasan tongkat), dan Gendang Beleq (pertunjukan genderang besar), hadir di acara adat atau festival lokal
Menyaksikan atau ikut serta dalam pertunjukan budaya ini memberi makna mendalam tentang kehidupan komunitas Sade.
-
๐ Info Praktis

-
Tiket masuk: Gratis, namun biasanya kamu akan diminta menggunakan jasa pemandu lokal yang menerima donasi sukarela sekitar Rp 20.000–50.000/person/group. Tidak ada biaya resmi
-
Jam kunjung: Sekitar pukul 08.00–19.00 WITA
-
Durasi kunjungan: sekitar 1–2 jam, mencakup tur rumah adat, pertunjukan budaya, belanja kerajinan, dan pengalaman interaksi langsung.
-
Adat lokal: Membawa uang tunai, berpakaian sopan, tidak mengambil foto tanpa izin, dan menghormati rumah serta adat istiadat desa sangat dianjurkan.
✅ Kenapa Berkunjung?
-
Otensitas budaya: Sade adalah desa berpenghuni yang nyata, bukan rekayasa wisata — penduduk tetap menjaga tradisi warisan leluhur tanpa berubah menjadi "museum hidup"
-
Arsitektur etnografi yang khas: Bale tradisional yang masih ada sejak ratusan tahun lalu dan tahan gempa alami.
-
Pengalaman interaksi langsung: Belajar menenun, ikut pertunjukan tradisional, melihat keseharian Sasak, serta mengunjungi lumbung padi tradisional.
๐ Rekomendasi Itinerary
Kesempatan | Rekomendasi |
---|---|
Pagi | Mulai kunjungan dari bandara/BIL menuju Sade, sambil menikmati suasana segar. |
Tur Desa | Berjalan-jalan dengan pemandu lokal untuk masuk rumah adat dan mendengar cerita sejarah Sade. |
Budaya & Kerajinan | Belajar menenun langsung, saksikan Peresean atau Gendang Beleq bila tersedia. |
Belanja Lokal | Beli kain tenun asli, suvenir kayu, kopi lokal—produksi warga desa. |
Gabungkan Destinasi Dekat | Kampung Ende (homestay budaya) atau lanjut ke Pantai Kuta Mandalika/Tanjung Aan untuk sunset panoramik |
Ingin aku bantu rute dari Mataram/Bandara? Atau susun paket kombinasi antara Desa Sade, Pantai Mandalika, dan wisata budaya Sasak lainnya? Cukup bilang ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar