15 Juli 2012. Waktu masih perlahan beranjak menuju pukul empat sore. Sore yang tergolong teduh dibandingkan beberapa hari sebelumnya di Jakarta. Lawless, sebuah outlet pakaian dan pernak-pernik ternama di kawasan Kemang dipadati oleh kawanan serigala. Bukan sembarang serigala. Serigala berwujud manusia-manusia muda ini dinamai oleh Serigala Militia, nama fans Seringai. Mereka hadir untuk momen sekali dalam masa edar album band rock dengan basis massa yang loyal. Seringai. Ya, Seringai. Mereka meluangkan waktu spesial untuk bertemu para Serigala Militia. Sesi tanda tangan dan berbagi cerita pasca rilis album termutakhir mereka.
Jejak Fosil Taring Empat hari sebelumnya, sejarah baru tercipta ketika CD Eksklusif bertitel "Taring" ludes dalam hitungan hari. 999 keping CD tak berdiam diri terlalu lama di etalase. Ia segera berpindah ke rak CD dan ruang dengar Serigala Militia. Fantastis. Dalam perspektif karya seni, Seringai selalu menghadirkan totalitas. Tidak ada yang dibuat ala kadarnya. Coba lihat tengkorak serigala yang menjadi penghuni tetap sampul album "Taring". Arian 13, sang vokalis, bahkan sampai menghabiskan malam panjangnya untuk sekedar mengatur elevasi dan menyempurnakan tengkorak serigala hasil goresan tangannya. Fakta berikutnya, proses rekaman album ini berlangsung selama lebih dari setahun. Tepatnya mulai Januari 2011 hingga Februari 2012. Kehadiran kisah pembuka dramatis antara dua sisi hidup mengawali lembar awal sampul album. Karya Soleh Solihun yang mengetengahkan rivalitas antara Abu Dai versus Sang Satu. Manusia suci melawan serigala raksasa. Duel dua pemimpin besar di era gelap dalam sejarah kehidupan. Berlatar belakang Jakarta di tautan abad berikutnya yang mengekalkan pertempuran antara positif dan negatif. Pertempuran yang berkepanjangan yang mencapai puncaknya pada sebuah malam penghakiman. Sang Satu dan Abu Dai sama-sama terkapar. Tak sepenuhnya menang, tak sepenuhnya kalah. "Canis Dirus" adalah track instrumental pembuka album. Ini merupakan penegasan kejantanan ala serigala, sesuai judulnya. Penutupnya tak kalah hebat: "Gaza". Track nomor 12 yang berkisah tentang situasi Gaza dengan penggambaran simfoni pahit-manis multi instrumental. Keduanya minus vokal bertenaga Arian. Berbobot, meski tanpa lirik. Muatan energi positif tertuang di dalam pengungkapan lirik dan musik Seringai. "Dilarang di Bandung", "Tragedi", dan "Serenada Membekukan Api" secara jantan
mengekspresikan kemarahan dalam dosis yang pas. Tidak lebih, tidak kurang. Sekalipun ketiga lagu tersebut mengisyaratkan keprihatinan mereka terhadap fenomena janggal di sekitar kita, misalnya pelarangan konser band beraliran metal, polisi moral, dan pengagungan dogma. Mari simak penggalan liriknya berikut ini: "menabukan malam, membekukan api. sia-sia..."(Serenada Membekukan Api) atau "mereka tak perduli, kekang suaramu. kini terberangus, dilarang di Bandung!" (Dilarang di Bandung) atau "irasional.irasional. ini mulai melelahkan. tragedi, adalah melestarikan kebebalan" (Tragedi) Siapa musisi Indonesia saat ini yang mampu menghasilkan bait sejenius ini? Hitungan jari, mungkin. The Unsung Heroes Jika boleh menyebut pahlawan bagi keberhasilan album ini, maka akan terdapat banyak nama yang tertulis. Selain kuartet Arian Arifin (vokal), Ricky Siahaan (gitar), Sammy Bramantyo (bass), dan Eddy Khemod (drum), ada nama lain yang patut diketahui. Pertama, ada Jaya Roxx dan Indra Q yang bertanggung jawab pada sesi mixing dan mastering. Sama lekatnya dengan peran sound engineer Satya Adi dan Miko Setiawan yang bekerja mati-matian demi kualitas efek bebunyian dari dawai gitar dan bass. Pasukan huru-hara vokal latar melibatkan sejumlah vokalis hebat dari band hebat. Tak heran, ketika "Lissoi" atau "Program Party Seringai" mengalun, suasana batin ikut terprovokasi. Semangat kebersamaan sesuai konteks lagu sangat mengintimidasi pendengar untuk larut di dalamnya. Pun dengan nama Andi P. Mallombasang, jika tak ada kontribusinya lewat hammond dan trombone, lagu "Gaza" dan "Dischoteque" akan berlalu tanpa decak kagum. Angkat topi terakhir tentu ditujukan untuk tiga inspirasi utama album ini. Boba Fett, tokoh antagonis dalam film Star Wars pada lagu "Fett, Sang Pemburu" menjadi tokoh pertama. Lagu ini adalah salah satu track pamungkas di album "Taring", setelah sebelumnya Seringai menghasilkan lagu bertema fiksi ilmiah berjudul "Marijuanaut" di album "Serigala Militia" (2007). Tokoh kedua adalah "Duo Kribo", Ucok Harahap (almarhum) dan Ahmad Albar. Lagu "Dischoteque" yang bercerita tentang dunia malam Jakarta yang gemerlap sekaligus gelap, merupakan tribute Seringai terhadap salah satu proyek rock legendaris Indonesia. Tokoh ketiganya? Selamat kepada segenap dalang stagnasi Indonesia. Seringai menciptakan "Lagu Lama" dan "Infiltrasi" untuk mereka. "berdiri sendiri. menjadi mandiri. tetap menyikapi. kritis dan awasi". Arian sangat brutal memuntahkan kegeramannya dari awal hingga ujung lagu berjudul "Lagu lama" ini. Terlalu skeptis? Jika anda berkata "ya", putar kembali lagu "Taring" dan anda akan menemukan sisi optimis Seringai. Lirik yang mengetengahkan tema tentang pentingnya mengutamakan proses untuk menyempurnakan hasil. Seperti album ini: sarat kematangan dan layak dikoleksi!
Musik bawah tanah (underground music) adalah istilah umum yang merujuk kepada berbagai macam genre musik di luar budaya arus utama. Lagu apapun yang tidak dikomersilkan secara legal, dianggap sebagai musik bawah tanah.
Musik underground mungkin memiliki cenderung mengekspresikan ide-ide umum, seperti penghargaan yang tinggi terhadap ketulusan dan keintiman, kebebasan berekspresi yang bertentangan dengan komposisi musik komersial yang sangat formulaik, dan penghargaan terhadap individualitas artistik yang bertentangan dengan kesesuaian dengan tren mainstream saat ini.
Perkembangan musik underground di Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun musik underground sudah ada di Indonesia sejak tahun 1970 - an.
Pada tahun 1970 - an, musik underground di Indonesia masih terbatas pada komunitas- komunitas tertentu dan hanya dapat dijumpai di acara tertebtu. Namun, dengan perkembangan internet dan teknologi, musik underground mulai dapat diakses oleh lebih banyak orang dan mendapatkan pengakuan yang lebih luas.
Di samping itu, perkembangan teknologi juga memungkinka para musisi musik underground untuk mengelola dan mempromosikan karya-karya mereka dengan mudah melalui platform media sosial dan situs web musik independen. Hal ini membuat musik underground lebih mudah diakses oleh para penggemar dan meningkatkan kesempatan bagi musisi untuk berkembang dan mendapatkan pengakuan.
Secara umum, musik underground saat ini di Indonesia dikatakan hidup kembali dalam beberapa tahun ke belakang. Musik underground juga sudah mulai masuk ke ruang lingkup Universitas, entah sebagai tamu ataupun mahasiswanya yang membuat band dengan genre musik undergorund.
Siapa bilang Indonesia tidak bisa menghasilkan animasi berkualitas? Nyatanya, Indonesia mampu menghasilkan animasi-animasi yang tidak kalah bagus dengan buatan Jepang ataupun Amerika Serikat.
Dari mulai animasi pendek hingga film panjang sudah berhasil dibuat oleh berbagai studio di Indonesia. Berikut adalah 5 animasi buatan Indonesia yang patut diperhatikan.
Pertama dalam daftar ini adalah Battle of Surabaya, siapa sih yang tak kenal film ini? film yang selalu menghiasi layar kaca saat Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November.
Ternyata film Battle of Surabaya ini besutan studio asal Indonesia loh yaitu MSV Pictures, yang dimana mengisahkan petualangan Musa bersama dengan teman-temannya saat pertempuran dahsyat di Surabaya pada November 1945,insinden tersebut berakhir dengan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato yang dimana bendera tersebut aslinya yang asalnya tediri tiga warna yaitu merah, putih, dan biru menjadi merah dan putih.
Selanjutnya ada animasi pendek The Unforgettable Journey of Lala yang dimana animasi diproduksi oleh Jiva Animation dan baru saja dirilis pada Juli 2024.
Animasi ini mengisahkan kisah Lala yang seorang gadis desa yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Indonesia yang dimana dia ingin memenuhi janji kepada mendiang ibunya.
Lalu ada animasi besutan studio indie yang diproduksi oleh EON Studio, yang dimana awalnya animasi ini adalah proyek webtoon yang terhenti karena masalah finansial.
Verdansa ini menceritakan seorang gadis berumur 21 tahun bernama Alverda, dimana ingin mencari keberadaan ayahnya yang telah lama hilang. Pencarian ini cukup melelahkan sampai akhirnya dia menemukan sebuah rahasia yang tersembunyi selama ini.
Nussa adalah sebuah serial animasi indonesia yang diproduksi oeh Little Giantz dan 4Stripe Production yang awalnya tayang hanya di kanal Youtube, namun seiring berjalannya waktu animasi ini tayang di sejumlah stasiun televisi di Indonesia dan Malaysia.
Nussa sendiri menceritakan kisah Nussa dan Rara yang menjalani kehidupannya sehari-hari dimana dalam setiap ceritanya dimasuki sentuhan islam yang dapat dimengerti oleh banyak orang.
"Adit, bang Jarwo makin dekat?" siapa sih yang tak kenal ucapan itu yang kalimatnya selalu diucapkan oleh karakter Dennis saat bang Jarwo semakin mendekat. Ternyata ini dari animasi Adit Sopo Jarwo, yang tayang pertama kali pada 2014 dan diproduksi oleh MD Animation.
Dan menceritakan kisah persahabatan antara Adit, Dennis, Mitha, dan Devi, bersama Adelya yang kehidupannya penuh dengan petualangan yang tertuga. Adit disini menjadi protagonis dalam serial ini.
Selain itu ada karakter lainnya yaitu Sopo dan Jarwo mereka kerab menggangu Adit bersama teman-temannya dan sering mencari keuntungan tanpa usaha keras terlebih dahulu.
Demikian 5 animasi buatan studio Indonesia, mana nih yang sudah kamu tonton?
Sejarah Peristiwa pada tahun 1998 Titik Nol Reformasi republik Indonesia merupakan klimak dari tidak kepuasan terhadap Orde Baru. Berbagai peristiwa seperti aksi demo dan kerusuhan, insiden Trisakti, pendudukan gedung DPR/MPR, hingga mundurnya Presiden ke-2 RI Presiden Soeharto adalah realitas sejarah yang mengiringi akhir era Orde Baru.
Seorang mahasiswa tergeletak di tepi jalan saat terjadinya kerusuhan menyusul demokrasi mahasiswa di depan Kampus Universitas Trisakti, Jakarta, 12 Mei 1998.
Seorang mahasiswa tergeletak di tepi jalan saat terjadi kerusuhan menyusul demokrasi mahasiswa di depan Kampus Universitas Trisakti, Jakarta, 12 Mei 1998.
Gelombang unjuk rasa pada tahun 12 Mei 1998 menandai era reformasi yang berujung tragedi. Peristiwa ini merupakan beban sejarah. Meski sudah lewat kejadian dua dekade, kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) termasuk manusia yang hilang, perampokan, penjarahan, pemerkosaan, dan pembunuhan masih belum ditemukan titik sudut terang.
Setidaknya ada enam agenda reformasi. Keenam agenda itu adalah adili presiden Soeharto dan kroni-kroninya, amendemen UUD 1945 untuk memperkuat demokrasi, hapuskan Dewi fungsi ABRI, otonomi daerah seluas-luasnya, tegakkan supremansi hukum, dan ciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme pemerintah.
Dalam buku Peter Kasenda, Hari-Hari Terakhir Orde Baru, 2015, disebutkan kejatuhan Soeharto setelah 32 tahun disebabkan oleh gerakan mahasiswa, tekanan kapitalisme global, konspirasi dan perpecahan di elite penguasa rezim Republik Indonesia, serta mundurnya 14 menteri.
Peristiwa Mei 1998 merupakan tonggak penting dalam sejarah Panjang Indonesia. Peristiwa ini menjadi titik nol perbaikan demokrasi dan kebebasan mahasiswa berpendapat yang terbungkam selama 32 tahun lamanya.
Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.
Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.
Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.
Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.
Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Wali Kota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negosiasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negosiasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.
Tim negosiasi kembali dan menjelaskan hasil negosiasi di mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Di lain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.
Negosiasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
Polisi memasang police line (garis polisi). Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negosiasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tetapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.
Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.
Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.
Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negosiasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.
Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.
Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negosiasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.
Inilah sosok janda muda yang jadi hadiah perlombaan panjat pinang di Cianjur.
Adapun perlombaan panjat pinang di Cianjur baru-baru ini menjadi sorotan setelah hadiahnya yaitu memperebutkan seorang janda muda.
Hal ini dilakukan panitia perlombaan di RW 16, Kelurahan Solokpandan, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur yang mengadakan perlombaan panjat pinang dengan memperebutkan seorang janda muda.
Janda muda cantik tersebut diperebutkan oleh sebanyak 27 orang peserta tediri dari 9 kelompok, dan masing masing kelompok berjumlah tiga orang.
Untuk memenangkan seorang janda muda tersebut setiap peserta harus melintasi rintangan batang pohon pinang sepanjang 10 meter dengan kemiringan hampir 20 derajat serta terpasang di tengah kolam.
Perlombaan panjat pinang dengan kolam tersebut pun, kini viral di sejumlah media sosial.
Janda muda tersebut bak menjadi rebutan para peserta yang ikut perlombaan tersebut.
Padahal ternyata seorang janda berkebaya warna merah tersebut merupakan seorang laki - laki yang diberi make up dan dirias sedemikian rupa supaya terlihat sosok wanita cantik.
"Iya itu hanya seorang laki - laki, kita sengaja mendandani seorang panitia laki - laki untuk didandani sebagai perempuan, dan disebut sebagai janda muda," ucap Haris Iskandar, Ketua Panitia 17 Agustus RW 16, Kelurahan Solokpandan dilansir Tribun-medan.com, Senin (19/8/2024).
Ia mengatakan perlombaan panjat pinang dan berhadiah seorang janda tersebut untuk menarik minat masyarakat sekitar untuk lebih antusias dalam memeriahkan HUT Ke 79 RI.
"Ide ini pertama kali muncul pada saat kita rapat,
ada seorang wanita yaitu Elin Rismayanti yang memberikan ide panjat pinang untuk memperebutkan seorang janda tersebut.
Padahal itu laki - laki yang kita dandani," ucapnya.
Ia mengatakan, ada 27 peserta, dari 9 kelompok, masing - masing kelompok terdiri dari 3 orang untuk memperebutkan janda jadi-jadian tersebut.
Bagi peserta yang pertama kali mampu mendapatkan janda itu mendapatkan hadia uang tunai Rp 250 ribu.
"Tidak hanya uang tunai, di bawah kursi,
kita juga menyediakan sejumlah kupon undian yang dapat ditukar dengan berbagai hadiah menarik,
seperti peralatan rumah tangga dan lainya," kata dia.
Selain itu Haris mengatakan, pihaknya juga mengadakan sejumlah perlombaan lainya seperti menangkap tikus putih, dengan mata tertutup, dan lomba khas 17 agustus.
"Perlombaan dimulai dari Sabtu (17/8/2024) siang hingga malam, dimulai dari upacara bendera, jalan santai, dan pertunjukan kesenian anak - anak serta lainya," pungkasnya.
Saat ini, sedang beredar kabar kontroversial mengenai sebuah lomba 17 Agustusan yang dianggap mesum dan meresahkan masyarakat. Lomba tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, dimana sebagian menyebutnya sebagai bentuk kreativitas yang berlebihan, sementara yang lain merasa bahwa acara tersebut melanggar norma-norma sosial.
Kejadian yang viral diperbincangkan di media sosial berawal dari yang diungkapkan oleh akun X, @sopeya1213. Dalam acara tersebut tampak terlihat sekelompok ibu-ibu sedang asyik mengikuti lomba makan pisang. Namun yang jadi masalah adalah, gestur lomba makan pisang ini berbeda dengan kebanyakan pada umumnya.
Terlihat dari mempraktikkannya, satu orang peserta lomba berusaha untuk makan pisang dan satu orang lainnya memegangi buah pisang yang akan dilahap, sedangkan posisi pisang itu diarahkan ke bagian organ intimnya. Para ibu tersebut pun tampaknya sangat antusias dengan perlombaan ini, tertawa cekikikan dan seperti merasa terhibur.
Namun melihat unggahan ini, justru para netizen lah yang seperti ngamuk dengan apa yang mereka lihat. Bahkan ada dari salah satu netizen yang sampai tuduh, jika yang bikin acara itu adalah orang to*ol, lebih-lebih yang mengikuti lomba. Mereka tampak marah sekali dengan adegan yang dinilainya vulgar tersebut. Tapi dari banyak netizen yang geram, ada pula yang kebingungan dengan konsep perlombaan 17 Agustusan ini.
"Apa sih ini idenya?" tulis akun @eg********.
Dalam keterangan akun @terang_media pada (17/8), terungkap. Pisangnya enggak dimakan ya guys, tapi hanya dimasukkan ke mulut ibu-ibu peserta lomba. Kemudian mereka menutup matanya, sambil mulut bergerak maju mundur seakan mengulum, lalu seperti mengemut, dan akhirnya menjilat, serta beberapa aktivitas yang sering terlihat dalam video-video pornografi.
Menyikapi hal ini, perlu kiranya untuk mempertimbangkan dampak dari kegiatan tersebut terhadap masyarakat secara keseluruhan. Apakah acara tersebut sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan dan norma sosial yang berlaku, ataukah justru melanggar etika dan moral?
Kontroversi seputar lomba 17 Agustusan yang dianggap mesum juga menimbulkan pertanyaan mengenai pengawasan dan regulasi dalam menyelenggarakan acara publik. Penting bagi pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan panitia penyelenggara, untuk lebih cermat dalam merencanakan dan mengawasi setiap detail acara demi menjaga keselamatan dan kenyamanan masyarakat.
Dengan demikian, perlu adanya refleksi dan evaluasi mendalam terkait kegiatan kontroversial ini agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran untuk kegiatan serupa di masa depan. Penting bagi semua pihak untuk memastikan bahwa setiap kegiatan yang diselenggarakan merupakan bentuk penghormatan terhadap hari kemerdekaan tanpa melanggar norma-norma sosial yang berlaku.
Gimana nih tanggapannya tentang kejadian ini, termasuk sudah dalam kategori tindakan mesum atau biasa saja untuk sekedar heboh-hebohan. Mengingat para pesertanya kebanyakan adalah emak-emak atau ibu-ibu, yang kadang mereka kalau bikin acara pun juga terlihat suka agak laen.
Terungkapnya kasus penculikan Hasni, warga Desa Bajungan, Kecamatan Galang, Sulawesi Tengah, yang sempat hilang selama 15 tahun tengah menjadi pembicaraan hangat.
Apalagi setelah diketahui pelaku penculikannya adalah seorang dukunbernama Jago yang tak hanya menyembunyikan Hasni di balik celah batu, tapi juga menjadikan Hasni sebagai budak nafsunya.
Di Indonesia, kasus-kasus yang melibatkan dukun cukup sering terjadi. Salah satunya, yang cukup fenomenal, adalah kasus pembunuhan 42 wanita oleh seorang dukun bernama Ahmad Suradji yang kemudian dikenal sebagai dukun AS.
Kisah menyeramkan dukun AS pernah diterbitkan di majalah Intisari edisi Juli 2017 dengan judul "Demi Ilmu Sakti, Suradji Membunuh 42 Wanita di Ladang Tebu".
Malam yang pekat dan gelap. Dalam tidur malamnya, Ahmad Suradji bermimpi didatangi mendiang ayahnya – kemungkinan besar iblis yang menyaru. Dia mendapat bisikan gaib, akan diwarisi sebuah ilmu yang mahasakti.
Katanya, ilmu ini tak terkalahkan. Sebuah kesaktian yang bisa digunakan untuk mengalahkan lawan sekaligus menolong dan mengobati orang.
Hanya, syaratnya tidak main-main. Supaya bisa menguasai ilmu ini secara sempurna, Suradji mesti menumbalkan 72 nyawa wanita. Salah satu prosedur wajibnya dengan menghisap air liur mereka.
Suradji bimbang. Namun hasrat memiliki ilmu yang mandraguna begitu menggelora. Apalagi ilmu ini juga bisa dipakai untuk menolong orang. Dalam batinnya, akhirnya muncul kesimpulan, tak ada salahnya mengorbankan sejumlah nyawa untuk kebaikan yang lebih besar.
Sang waktu pun berlalu. Pada medio 1997 masyarakat Indonesia geger. Di sebuah ladang tebu di Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, polisi menemukan 42 jasad yang sebagian besar sudah menjadi tengkorak. Semuanya wanita telanjang. Berumur 13 sampai 27 tahun.
Suradji hanyalah seorang pria tamatan SD. Penampilannya biasa saja. Kurus dan jangkung. Sama sekali tidak ada pancaran kharisma laiknya tokoh ataupun dukun terkenal.
Terlahir pada 10 Januari 1949, Ahmad Suradji merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Jogan dan Sartik. Dia terlahir dengan nama Sagimin. Sang bapak meninggal saat dia baru berumur 7 bulan.
Di lingkungan tempatnya bermukim dia lebih dikenal dengan nama Nasib Kelewang. Pasalnya, saat kecil Suradji pernah tercebur sumur. “Sejak itu dia saya panggil Nasib karena berhasil selamat,” ujar Sartik saat diwawancarai Tabloid Nova pada 1998.
Sementara nama kelewang didapat karena dia sering mencuri lembu dan ke mana-mana membawa kelewang. Sejak umur 12 tahun, kata Sartik, Suradji keranjingan mempelajari ilmu perdukunan. Dia belajar dari buku-buku peninggalan mendiang bapaknya yang berprofesi sebagai dukun.
Saat berumur 27 tahun, Nasib menikahi wanita asal Pekanbaru bernama Tumini. Usai menikah, Nasib berganti nama menjadi Ahmad Suradji. Harapannya, nama baru itu bisa membawa berkah dan kehidupan yang lebih baik.
Di sini sebenarnya tidak ada yang luar biasa dalam kisah hidup Suradji. Hingga pada suatu hari, Sartik dikagetkan dengan keinginan anaknya untuk menikah lagi. Alasannya, dia ingin anak wanita, sementara Tumini hanya bisa memberikan empat anak laki-laki.
Sartik sebenarnya setuju. Tapi bukan kepalang terkejutnya ketika dia mengetahui bahwa wanita yang hendak dinikahi anaknya adalah adik iparnya sendiri alias adik kandung Tumini.
Hebohnya, Suradji tidak hanya menikahi satu adik Tumini namun dua adiknya, yakni Tuminah dan Ngatiyah. “Semua orang tahu bahwa itu perbuatan tidak benar,” keluh Sartik.
Toh, Suradji tidak peduli. Dia bahkan mengajak tiga wanita bersaudara itu tinggal satu atap. Karena ibunya terus menerus menentang, Suradji pun mengusir ibu kandungnya dari rumah.
Perilaku di luar kebiasaan umum inilah yang membuat Suradji terlihat sebagai bukan “pria biasa” meskipun penampilannya biasa-biasa saja. Apalagi sejak kecil Suradji mengaku sering didatangi mendiang ayahnya lewat mimpi. Dalam mimpinya tersebut, sang ayah mengajarinya berbagai ilmu kesaktian.
Entah akhirnya benar-benar sakti atau tidak, oleh masyarakat Suradji dianggap sebagai orang pintar atau dukun.
Panggilan Datuk pun disematkan kepadanya. Tidak sedikit orang yang mendatangi rumah Suradji untuk meminta pertolongan. Baik berobat karena sakit, pasang susuk agar terlihat cantik, memikat suami agar tidak tergoda wanita lain, atau hal takhayul lainnya.
Sebut saja namanya Yanti. Seperti dituliskan dalam buku The Bastard Legacy: Warisan Legendaris Para Bedebah karya Jounathan, dia merupakan salah satu korban Suradji yang berhasil melarikan diri.
Pada suatu hari Yanti bertemu temannya yang terlihat cantik dan segar. Sang teman bercerita, dia merasa lebih percaya diri setelah mendapat bantuan seorang dukun sakti bernama Ahmad Suradji atau Dukun AS.
Yanti pun tergoda. Hingga pada suatu siang dia mendatangi kediaman Suradji. Awalnya biasa saja laiknya berkonsultasi dengan kebanyakan dukun. Yanti dibacai mantra dan disuruh meminum air putih yang sudah diludahi Suradji.
Untuk ritual selanjutnya, Yanti mesti bertemu Suradji lagi pada malam hari di perbatasan desa.
Karena tak curiga, Yanti mengiyakan ajakan Suradji. Dalam pertemuan itu Yanti diajak ke sebuah ladang tebu di belakang rumah. Suasananya betul-betul sepi dan gelap. “Ritual apa yang mesti dilakukan malam-malam begini,” tanya Yanti.
“Kalau mau ilmu yang sempurna, terlihat cantik, dan lancar rezeki, kamu mesti mengikuti ritual ini. Semua pasienku melakukannya. Jika tak percaya, tanyakan saja kepada mereka,” jawab Suradji. Yanti pun pasrah.
Sesampainya di tempat yang lebih lapang, Suradji meletakkan sebuah karung dan menghamparkan tikar kecil. Yanti diminta melepas pakaiannya. Semula wanita muda ini ragu-ragu. Tapi karena hasrat untuk terlihat cantik dan lancar rezekinya sangat besar, dia mematuhi perintah Suradji.
Yanti melepas semua pakaiannya. Mantra-mantra mulai dibacakan.
Dari dalam karung Suradji kemudian mengeluarkan sekop dan peranti lainnya. Dia membuat sebuah lubang galian kecil. Katanya, untuk ritual yang sempurna, Yanti mesti dikubur di lubang sampai sebatas leher. Istilahnya, Yanti diminta melakukan tapa pendem (bertapa dengan mengubur diri).
Nah, di sinilah Yanti mulai curiga. Namun Suradji bisa meyakinkannya kembali.
Hingga pada suatu momen, tiba-tiba Suradji membekap kencang Yanti. Secara reflek Yanti melawan karena mengira akan diperkosa. Suradji berhasil didorongnya hingga terjungkal ke lubang galian.
Begitu tubuhnya bebas, Yanti memakai pakaian sekadarnya dan melarikan diri. Malam itu Yanti pulang dengan tubuh perih karena gesekan batang-batang tebu, dengan pakaian sekadarnya.
Meski begitu, Yanti tidak menceritakan kasus ini kepada siapa pun. Sebab bercerita tentang hal ini sama artinya membuka aibnya sendiri.
Suatu sore pada 27 April 1997 Dusun Aman Damai dilanda kehebohan. Seorang pemuda menemukan sesosok mayat wanita tanpa busana di ladang tebu.
Warga pun berbondong-bondong untuk membongkarnya. Suasana bertambah panas ketika muncul kabar seorang warga yang bernama Sri Kemala Dewi (21) sudah menghilang selama tiga hari. Mereka takut mayat yang ditemukan tersebut adalah Dewi.
Ternyata mayat tersebut benar-benar milik Dewi. Aparat kepolisian dari Mapolsek Sunggal bertindak cepat. Setelah diselidiki, sebelum menghilang Dewi dikabarkan sempat bertengkar dengan suaminya, Tumin. Bahkan mereka telah pisah ranjang.
Orangtua Dewi pun meyakini Tumin-lah pelaku pembunuhan tersebut. Untuk keperluan penyelidikan, maka suami Dewi ditahan.
Pihak kepolisian tidak mau terburu nafsu menetapkan Tumin sebagai tersangka. Apalagi berdasarkan penyelidikan lanjutan, beberapa tahun sebelumnya juga pernah ditemukan mayat wanita di ladang tebu. Kasus tersebut terpaksa dihentikan karena kekurangan bukti.
Hingga pada suatu kesempatan, polisi menemukan secercah bukti baru. Seorang warga kampung yang bernama Andreas, pada hari menghilangnya Dewi, mengaku pernah mengantarkannya ke rumah Suradji untuk berkonsultasi.
Polisi menindaklanjuti laporan tersebut. Mereka mendatangi rumah Suradji. Pria yang akrab dipanggil Datuk itu pun mengakui, Dewi memang pernah datang ke rumahnya. Namun selepas magrib, Dewi pulang ke rumahnya sendiri.
Penyelidikan terpaksa dihentikan karena tak cukup bukti.Polisi tak menyerah. Mereka mendalami sejumlah laporan orang hilang dalam beberapa tahun terakhir. Ternyata, dari sekian banyak orang yang dilaporkan hilang terdapat satu benang merah. Kebanyakan dari mereka merupakan pasien Suradji.
Atas dasar informasi tambahan itu, polisi lalu menggeledah rumah sang dukun. Di sana ditemukan sejumlah pakaian dan perhiasan wanita, salah satunya milik Dewi. Suradji beserta ketiga istrinya pun ditangkap.
Lewat proses interogasi yang panjang akhirnya muncul pengakuan dari mulut Suradji. Dia mengaku membunuh Dewi. Polisi tidak berhenti di situ. Suradji didesak terus. Jika semula hanya mengaku membunuh Dewi, Suradji mengaku telah membunuh 16 wanita, hingga kemudian mengaku lagi menjadi 42 wanita.
Para penyelidik terperangah. Mereka bertanya untuk apa membunuh wanita sebanyak itu. Di hadapan penyelidik Suradji bercerita bahwa perbuatan itu dilakoninya demi mendapatkan ilmu sakti.
Bisikan gaib yang diterimanya lewat mimpi memerintahkannya untuk membunuh 72 wanita plus menghirup air liurnya. Pembunuhan berantai ini dilakukan dari 1986 hingga 1997.
Apakah hanya itu latar belakangnya, masih menjadi misteri. Yang jelas, selain membunuh, Suradji juga mengambil barang-barang berharga milik korban.
Dalam melakukan aksi biadabnya itu Suradji dibantu oleh istrinya. Namun tidak semua istri ikut membantu. Hanya istri tertua saja yang turut serta yakni Tumini.
Berdasarkan pengakuan itu, dua istri Suradji yakni Tuminah dan Ngatiyah diperbolehkan pulang. Sementara Tumini mengikuti jejak suaminya, mendekam di tahanan.
Suradji disidangkan di Pengadilan Negeri Lubuk Pakam (Sumut) pada 22 Desember 1997. Masyarakat berbondong-bondong menonton jalannya sidang.
Saking banyaknya pengunjung, pihak Pemda Deli Serdang sampai menyiapkan tenda besar serta 4 televisi monitor bagi pengunjung yang tak kebagian tempat duduk di dalam sidang.
Polisi pun menyiapkan 4 peleton untuk mengamankan jalannya sidang. Menurut Kadispen Polda Sumut, Letkol (Pol.) Drs. Amrin Karim pihaknya juga menyiapkan petugas dengan pakaian preman untuk berjaga-jaga andaikata ada anggota masyarakat yang emosi pada Suradji.
Untunglah kekhawatiran itu tak terjadi. Kebanyakan pengunjung sidang yang jumlah mencapai ratusan orang itu bukan berniat menyimak sidang, melainkan sekadar melihat tampang Datuk. “Saya sih, penasaran saja, kayak apa, sih,” ucap salah satu pengunjung sidang.
Dalam persidangan tersebut, Suradji menolak laporan BAP polisi. Dia membantah telah membunuh 42 wanita. Pengakuan bahwa dirinya telah membunuh 42 wanita berdasarkan bisikan gaib mucul karena paksaan selama proses interogasi.
Hal sama juga diucapkan Tumini. Dia membantah tuduhan telah bersekutu dengan suaminya untuk melakukan pembunuhan berseri. Semua tuduhan yang dilontarkan di pengadilan dianggapnya sebagai kebohongan besar.
Persidangan pun berlangsung alot dan dilakukan maraton. Hingga pada persidangan 24 April 1998, majelis hakim yang diketuai Hakim Haogoaro Harefa, S.H. menjatuhkan putusannya.
“Kami majelis hakim memutuskan, saudara terdakwa dijatuhi hukuman mati!” Putusan ini langsung disambut gemuruh tepuk tangan pengunjung yang memadati ruang sidang.
Suradji tampak tenang mendengar vonis itu. Bahkan ia sempat melempar senyum saat kamera para wartawan menjepretnya. “Saya minta banding,” ujar ayah 9 anak ini pelan, ketika ditanya hakim apa sikapnya terhadap putusan pengadilan.
Sikap Suradji didukung penuh oleh ibunya. Menurut Sartik, anaknya tidak bersalah. “Saya tidak percaya. Yang aneh ‘kan, setelah sekian tahun kenapa baru terungkap sekarang. Kalau korban terakhir (Dewi - Red), saya tidak tahu. Mungkin saja anak saya yang melakukannya,” kata Sartik.
Upaya banding dilakukan Suradji. Namun pengajuan bandingnya ditolak Pengadilan Tinggi Sumut pada 27 Juni 1998. Demikian juga kasasi ke Mahkamah Agung ditolak pada 27 September 2000. MA kembali menolak PK Suradji pada 28 Mei 2003.
Sementara Tumini mendapat vonis hukuman seumur hidup. Dia dipaksa mendekam di Lapas Tanjung Gusta, Medan seumur hidupnya.
Selama menunggu pelaksanaan eksekusi hukuman mati, Suradji terlihat tenang dan sabar. Sehari-hari, dia memelihara ikan di kolam yang disediakan pihak LP Klas I Tanjung Gusta. Suradji juga mendapat bimbingan rohani khusus dan dikabarkan telah membuang semua ilmu kebatinannya.
Suradji mengaku sangat merindukan keluarganya. Dia ingin berkumpul dengan istri dan sembilan anak-anaknya, seperti sedia kala. “Aku khawatir kalau mereka percaya atas semua tuduhan ini,” sebut Ahmad Suradji seraya mengatakan dia sering dikunjungi anak dan istrinya.
Bagaimanapun Suradji tetap manusia. Ketika pada 2008 diberi kabar bahwa eksekusi hukuman mati akan segera dilaksanakan, dia resah dan gelisah.
“Meski belum mendapatkan pemberitahuan resmi tetapi Dukun AS (Suradji) telah mengetahui rencana eksekusi itu dari pemberitaan. Dia stres setelah mengetahuinya,” kata tim kuasa hukum Dukun AS, Muslim Muis seperti dilansir dari Antaranews.com.
Menjelang pelaksanaan hukuman, Suradji mengajukan permohonan terakhir ke pengadilan. Dia minta diberi kesempatan satu kali untuk bertemu dan bermesraan dengan istri tertuanya, Tumini. Permintaan ini dikabulkan.
Pada 10 Juli 2008 eksekusi hukuman mati dilakukan. Sekitar pukul 22.00, Suradji dihadapkan di depan 12 orang anggota regu tembak.
Dorr..tiga peluru bersarang di dadanya. Tiga peluru yang menjadi akhir dari perjalanan hidup Suradji. Perjalanan seorang dukun yang divonis pengadilan karena telah membunuh 42 wanita di ladang tebu.
Ini merupakan kasus kriminal di tahun 2016 yang paling menggemparkan dan dengan dinyatakanbersalah dalam kasus tersebut adalah pelaku bernama Jessica Wongso. Di saat itu, merupakan bahan perbincangan yang paling banyak dibicarakan di media sosial selama berbulan-bulan ya gansist. Bahkan mungkin lebih ramai dibandingkan dengan kasus yang hampir sama, seperti kasus pembunuhan berencana Brigadir J oleh atasannya sendiri, Kadiv Propam Polri Irjen Fredy Sambo.
Jessica Wongso, seorang perempuan yang dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan membunuh sahabatnya sendiri, Wayan Mirna Salihin dengan menggunakan kopi yang mengandung sianida. Atas perbuatannya itu, maka pengadilan menjatuhkan hukum 20 tahun penjara kepada Jessica Wongso, guna mempertanggungjawabkan kesalahannya.
Namun, baru-baru ini terdengar kabar bahwa Jessica Wongso kini mendapat kebebasan bersyarat. Keputusan ini tentu saja mengejutkan bagi banyak pihak yang mengikuti perkembangan kasus ini. Meskipun mendapat kebebasan bersyarat, tentu saja hal ini masih memunculkan berbagai spekulasi dan perdebatan di masyarakat.
Kabar pemberitaan ini merujuk pada yang diungkapkan oleh kuasa hukum Jesicca Wongso, Otto Hasibuan. Pengacara tersebut menyatakan bahwa pada besok, tanggal 18 Agustus 2024, diperkirakan sekitar jam 09.00 WIB. Jesicca Wongso akan dibebaskan dari LP Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Wah gimana nih menurut kalian dalam menanggapi peristiwa ini, jika hukumannya adalah seperti yang diungkapkan media. Yaitu 20 tahun, berarti baru berjalan sekitar 8 tahunan. Namun nggak terlalu ngerti juga soal proses pidana seperti itu sih, tapi ada kemungkinan putusan pengadilan untuk memberikan kebebasan bersyarat pada Jessica Wongso tersebut akan membuka kembali luka bagi keluarga korban dan pihak yang terkait dengan kasus ini.
Masih banyak pula pertanyaan yang menggantung dan keinginan untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada kasus ini dari berbagai kalangan masyarakat yang ikut mencermati kasus ini, dari tahun-tahun awal terjadinya kasus, bahkan mungkin sampai sekarang. Dikarenakan kasus Jessica Wongso dan kopi sianida ini merupakan salah satu kasus kriminal yang menyita perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir.
Keputusan pengadilan untuk memberikan kebebasan bersyarat pada Jessica Wongso tentu saja akan terus menjadi topik perbincangan yang menarik bagi masyarakat. Kita berharap keputusan ini menjadi langkah menuju keadilan yang sebenarnya dalam kasus yang menghebohkan dimasanya tersebut.
Selebgram yang dikenal dengan sebutan Barbie Jowo, Angela Lee, kembali mendapat sorotan setelah ditangkap polisi untuk kedua kalinya. Saat tahun 2018 lalu dirinya diringkus terkait kasus penipuan dan penggelapan uang bisnis tas mewah senilai miliaran rupiah bersama suaminya, David Hardian Sugito. Kasus tersebut membuat Angela Lee harus menjalani hari-harinya di balik jeruji penjara selama tiga bulan.
Sekarang pun selebgram cantik tersebut kembali ditangkap polisi dengan kasus yang serupa, padahal kala itu Barbie Jowo ngaku kapok akibat merasakan situasi dalam penjara yang menyedihkan. Dirinya menyatakan bahwa kebebasan itu mahal, maka setelah bebas mantan host Pagi-pagi Ambyar ini berjanji untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Namun nyatanya, kini Angela Lee kembali berurusan dengan polisi akibat penggelapan 15 tas mewah merek Hermes dan Louis Vuitton (LV) dengan kerugian di pihak korbannya mencapai Rp3,2 miliar. Sedangkan menurut keterangan dari Kombes Pol Ade Ary, pelaku menggunakan uang dari hasil kejahatannya tersebut untuk membayar hutang.
Dari berbagai media menyebutkan Barbie Jowo ini kembali melakukan kejahatannya untuk kedua kali. Namun dari keterangan, kasus ini sebenarnya penindakan pelaporan tertanggal 6 Oktober 2017 dari korban berinisial FI. Dan belum diperoleh penjelasannya, apakah kasus ini ada kaitannya dengan kasus di tahun 2018 tersebut atau tidak.
Profil Angela Lee yang lahir di Semarang pada 14 Maret 1987 terkenal tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga logat Jawa yang melekat padanya. Ia telah berkarier sebagai model, aktris, presenter, dan selebgram sebelum terjerat dalam kasus ini. Nama "Barbie Jowo" melekat pada dirinya karena kemampuannya dalam menyanyikan lagu-lagu parodi berbahasa Jawa, seperti lagu "Something Just Like This" yang ia ubah menjadi "Lagu Spesial Kanggo Mantan".
Sebelum kasus penipuan, Angela Lee juga pernah mengalami kecelakaan mobil di Tol Semarang-Solo pada tanggal 26 Mei 2023. Kejadian tersebut membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama dua hari. Meskipun mengalami berbagai insiden dan masalah, Angela Lee selalu menegaskan bahwa ia tidak pernah lari dari tanggung jawab. Semoga ia bisa menyelesaikan masalah hukum yang sedang dihadapinya dengan baik.
Pada era 1990-an, anak-anak menemukan kebahagiaan melalui permainan yang sederhana namun penuh makna. Saat itu, teknologi belum mendominasi kehidupan sehari-hari, dan permainan tradisional menjadi sarana utama bagi anak-anak untuk bersosialisasi, belajar, dan berolahraga. Meski terlihat sederhana, permainan-permainan ini mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat penting untuk perkembangan karakter anak.
Sayangnya, dengan pesatnya perkembangan teknologi, banyak permainan tradisional ini mulai dilupakan oleh generasi sekarang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenalkan kembali permainan-permainan ini kepada anak-anak masa kini, agar mereka dapat merasakan manfaat yang sama seperti yang dirasakan oleh anak-anak pada era 90-an.
Petak umpet adalah salah satu permainan yang paling populer di kalangan anak-anak 90-an. Dalam permainan ini, satu anak bertugas sebagai pencari, sementara yang lainnya bersembunyi di berbagai tempat. Permainan ini mengajarkan anak-anak untuk berpikir strategis dalam memilih tempat bersembunyi yang aman dan sulit ditemukan.
Selain itu, petak umpet juga melibatkan kerja sama, terutama ketika anak-anak saling membantu untuk tetap tersembunyi. Melalui petak umpet, anak-anak belajar pentingnya kerja sama dan komunikasi, serta bagaimana merancang strategi untuk menghindari pencarian.
Kelereng, atau yang sering disebut gundu, adalah permainan yang melibatkan keahlian dan ketepatan. Anak-anak berlomba untuk menembak kelereng lawan keluar dari lingkaran yang digambar di tanah. Permainan ini mengajarkan pentingnya fokus, ketelitian, dan koordinasi antara tangan dan mata.
Kelereng juga mengajarkan anak-anak tentang konsep sportifitas, di mana mereka harus menerima kekalahan dengan lapang dada dan merayakan kemenangan dengan bijaksana. Selain itu, permainan ini mengasah keterampilan motorik halus dan kasar anak, karena mereka harus mengontrol kekuatan dan arah tembakan dengan tepat.
Lompat tali adalah permainan yang membutuhkan ketangkasan dan ritme. Dalam permainan ini, seutas tali diayunkan oleh dua anak, sementara yang lainnya bergantian melompat. Semakin cepat tali berayun, semakin sulit untuk melompat tanpa tersangkut. Lompat tali tidak hanya meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga melatih konsentrasi dan koordinasi.
Selain itu, permainan ini mengajarkan anak-anak tentang kerja sama dan solidaritas, karena mereka harus mengatur irama ayunan tali agar teman-teman mereka bisa melompat dengan baik. Permainan ini juga memupuk rasa percaya diri dan keberanian, terutama ketika anak-anak berhasil melompati tali dengan kecepatan yang tinggi.
Bentengan adalah permainan yang sangat populer di kalangan anak-anak 90-an, yang melibatkan dua tim yang berusaha untuk menyerang benteng lawan dan menangkap anggota tim lawan. Setiap tim memiliki "benteng" yang harus dipertahankan sambil mencoba untuk merebut benteng lawan.
Permainan ini mengajarkan anak-anak tentang pentingnya perencanaan strategis, kecepatan, dan kerja sama tim. Anak-anak belajar untuk berkolaborasi dengan teman-temannya, membagi tugas, dan mengatur strategi untuk memenangkan permainan. Bentengan juga mengajarkan anak-anak tentang kepemimpinan, di mana mereka belajar untuk memimpin dan mengikuti perintah demi mencapai tujuan bersama.
Congklak adalah permainan tradisional yang sangat populer di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya. Dalam permainan ini, pemain menggunakan papan kayu berlubang dan biji-bijian untuk bermain. Setiap pemain harus memindahkan biji-bijian dari satu lubang ke lubang lainnya dengan tujuan mengumpulkan biji sebanyak mungkin di lubang utama mereka.
Congklak mengajarkan anak-anak tentang berhitung, strategi, dan perencanaan. Mereka harus memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk memaksimalkan jumlah biji yang mereka kumpulkan sambil menghalangi lawan untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, congklak juga mengajarkan kesabaran dan ketelitian, karena permainan ini memerlukan konsentrasi tinggi dan perhitungan yang cermat.
Ular naga merupakan permainan kelompok yang dimainkan oleh banyak anak. Dalam permainan ini, anak-anak berbaris membentuk rantai panjang sambil berpegangan pada pundak teman di depannya. Dua anak lainnya berperan sebagai gerbang yang akan "menangkap" bagian belakang dari barisan ular naga saat melintasi gerbang tersebut.
Permainan ini penuh dengan keceriaan dan tawa, karena melibatkan lari dan tangkap-tangkapan. Ular naga mengajarkan anak-anak tentang kekompakan dan pentingnya bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Mereka juga belajar untuk menjadi cepat dan tanggap dalam merespons situasi yang berubah-ubah.
Engklek, atau yang juga dikenal sebagai permainan hopscotch, adalah permainan yang melibatkan melompat-lompat di atas kotak-kotak yang digambar di tanah. Setiap pemain bergiliran melompat dengan satu kaki, melewati kotak-kotak sambil melempar batu kecil atau pecahan genting. Engklek sangat efektif dalam meningkatkan keseimbangan dan koordinasi tubuh anak. Selain itu, permainan ini juga mengajarkan anak-anak tentang giliran, kesabaran, dan ketekunan. Mereka harus menunggu giliran dengan sabar dan melompat dengan hati-hati agar tidak keluar dari garis yang telah ditentukan.
Kesimpulan: Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai dari Permainan Tradisional
Permainan anak-anak 90-an adalah lebih dari sekadar hiburan. Mereka adalah sarana pembelajaran yang kaya akan nilai-nilai yang penting untuk perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Di tengah gempuran teknologi modern, permainan-permainan ini menawarkan alternatif yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendidik. Mengenalkan kembali permainan tradisional ini kepada anak-anak masa kini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan kognitif yang mungkin tidak bisa diperoleh melalui permainan digital.
Permainan ini juga merupakan bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan. Dengan mengenalkan permainan-permainan ini kepada generasi sekarang, kita tidak hanya menjaga tradisi yang kaya, tetapi juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan tumbuh melalui cara yang lebih alami dan interaktif.
Selain itu, permainan-permainan ini memungkinkan anak-anak untuk lebih banyak bergerak, berinteraksi langsung dengan teman-teman, dan merasakan kebahagiaan sederhana yang datang dari kebersamaan. Warisan permainan 90-an ini adalah harta yang patut dijaga dan diteruskan kepada generasi mendatang.
Bagi bangsa Indonesia, momen kemerdekaan 17 Agustus bukan hanya tentang upacara bendera. Tetapi juga tentang lomba-lomba menarik yang seru dan mengasyikkan. Berbagai macam permainan diperlombakan untuk tetap memupuk semangat juang dan juga untuk merekatkan warga satu sama lain. Permainannya pun bervariasi mulai dari permainan yang sudah umum dikenal di dunia internasional seperti sepak bola atau catur, ada juga pemrainan tradisional yang tidak kalah seru. Di bawah ini beberapa permainan trasional khas Indonesia yang masih sering diperlombakan untuk perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus.
Permainan beregu yang satu ini sudah lama dikenal sejak zaman kemerdekaan. Meski saat ini sudah jarang menggunakan pinang dan lebih banyak digunakan tiang atau bambu. Permainannya tidak rumit namun tingkat kesulitannya sangat tinggi. Sebab para peserta secara beregu harus membentuk formasi meningkat ke atas sehingga orang yang paling atas dapat mencapai puncak dari pinang. Tantangan bukan hanya itu saja, pinang juga telah dilumuri lumpur ataupun oli sehingga sangat licin untuk dipanjat.
Hadiahnya pun terbilang menarik sebab seluruh hadiah yang bermacam-macam itu, seperti sepeda, pakaian, alat elektronik, sampai dengan kunci mobil digantung dipuncak pinang.
Konon, permainan ini dipercaya berasal dari perjuangan para pejuang kemerdekaan ketika berusaha merobek bendera Belanda di hotel Yamato, Surabaya. Ketika itu Belanda menolak untuk menurunkan bendera meskipun Belanda tidak mendapatkan persetujuan dari pemerintah RI di Surabaya. Hingga akhirnya arek-arek Suroboyo menyerbu menara hotel dan mempertaruhkan nyawa untuk mencapai puncak tiang dan merobek warna biru dari bendera Belanda tersebut dengan saling menaiki bahu satu sama lain.
Lomba yang satu ini hanya dilakukan perorangan, yaitu dengan menggunakan karung goni berwarna cokelat setengah badan dan harus melompat-lompat adu cepat mencapai garis finish. Biasanya lomba yang satu ini dilakukan oleh anak-anak karena karung goni masih mampu menahan berat tubuh mereka yang ringan.
Kesulitan lomba ini terletak pada kordinasi tangan yang memegang karung dengan lompatan kaki. Bila tidak berbarengan maka peserta lomba akan tersandung dan terjatuh.
Entah bagaimana awal dari perlombaan lari yang menggunakan Egrang. Namun Egrang atau Jangkungan sendiri sudah banyak dikenal di berbagi tempat dengan versinya masing-masing. Untuk Egrang yang paling umum digunakan untuk perlombaan 17 Agustus adalah Egrang jenis pegangan yang terbuat dari bambu dan memiliki pijakan untuk kaki dengan pegangan yang menjulang tinggi ke atas. Egrang jenis ini umumnya memiliki jarak antara kaki dengan tanah tidak terlalu tinggi sehingga memiliki kemampuan bergerak yang lebih cepat.
Perlombaan dilakukan dengan adu kecepatan diantara peserta untuk mencapai garis finish. Berlari sekencang-kencangnya menggunakan Egrang tampaknya mudah, namun untuk mengatur keseimbangannya adalah sebuah tantangan. Apalagi bila peserta lomba terjatuh dan menapakkan kakinya ditanah, maka dirinya akan dinyatakan terdiskualifikasi.
Apakah Anda tahu tentang bakiak? Bila belum tahu, Anda bisa mencarinya di pasar-pasar tradisional. Bakiak adalah sejenis alas kaki yang terbuat dari kayu tebal tanpa ornamen tambahan dengan karet ban bekas sebagai penjepit kakinya. Dari bahannya saja sudah terlihat kalau bakiak dapat dibuat dari bahan-bahan bekas. Jauh berbeda dengan bakiak yang dikenal di negeri-negeri asia timur.
Namun dalam hal perlombaan, bakiak ini kemudian dimodifikasi sehingga tidak hanya dapat digunakan oleh satu orang namun harus digunakan oleh beberapa orang sekaligus. Umumnya adalah sebanyak tiga orang untuk satu bakiak kayu panjang. Beberapa orang tersebut membentuk tim dan harus beradu cepat dengan tim lain untuk mencapai garis finish.
Tantangan dari lomba lari bakiak ini adalah para peserta dari setiap tim harus mampu berjalan dengan kompak satu sama lain. Layaknya gerakan baris-berbaris yang satu sama lain bergerak bersama. Sebab bila tidak, maka peserta yang tidak kompak akan mengalami tabrakan momentum langkah dengan peserta lain dan akhirnya terjatuh atau terhambat.
Lomba yang satu ini cukup aneh tapi hampir selalu tidak ketinggalan disetiap momen 17 Agustus. Bagaimana tidak, setiap peserta harus berdiri sejajar dan dihadapannya terdapat kerupuk yang tergantung. Tugas para peserta adalah menghabiskan kerupuk tersebut secepat mungkin tanpa minum dan tanpa menggunakan tangan. Bila melanggar maka peserta akan terkena diskualifikasi.
Meski hanya kerupuk, lomba ini tetap sering mengundang gelak tawa sebab ekspresi wajah yang lucu dari para peserta yang terus berusaha menempatkan kerupuk di mulutnya. Untuk mempersulit lomba, beberapa panitia bahkan ada yang membuat khusus kerupuk super besar agar peserta kesulitan untuk menghabiskannya.
Ternyata banyak juga ya lomba-lomba unik yang ada di Indonesia selama perayaan kemerdekaan 17 Agustus. Dari lima lomba diatas manakah yang ada di lingkungan rumah agan? Atau mungkin di lingkungan agan ada lomba unik lainnya? Berikan infonya dengan berkomentar dibawah ini ya. Apapun lombanya, pastikan agan bisa berpartisipasi dengan sportif ya untuk memeriahkan 17an tahun ini